Thursday, October 25, 2012

Becak Pak Siswanto



Wonosari, 25 Oktober 2012.
Andai saja Siswanto (45th) tidak bertekad mandiri mungkin saat ini dia masih bekerja sebagai buruh atau karyawan di belantara Jakarta. Sembilan tahun yang lalu memang Siswanto, ayah seorang putra, masih bekerja di Jakarta dan sekitar jawa Barat. Memang selepas sekolah menengah dia kemudian kerja apa saja di sana. Setelah bekerja sekitar 6 tahun, Siswanto nekad menikahi seorang gadis yang saat ini memberinya seorang putra. Bagi dia menikah sekarang atau nanti toh tidak ada perbedaanya hanya beda waktu saja. Maka  secara nekad dia menikah. Keyakinanya waktu itu dengan menikah dia akan lebih bertanggungjawab dan semangat dalam bekerja.  Beberapa tahun setelah menikah dirasa keadaan ekonominya tidak meningkat maka di pulang ke desanya di Paliyan, Wonosari Gunungkidul. Anak istrinya dibawahnya serta.
Kembali ke desa memang ayem tentrem, tapi dari segi penghasilan tentu tidak seberapa dibanding kerja di Ibukota. Satu dua tahun ini dia bekerja pada seorang juragan yang memilik usaha sampingan becak hias. Dua tahun ini memang usaha becak hias di seputar alun-alun Wonosari cukup marak. Setelah sekitar setahun bekerja pada juraganya itu yang seorang polisi, Siswanto punya keberanian untuk wirausaha. Dia kemudian membuat becak hias serupa walaupun sederhana. Becaknya dibuat di sebuah bengkel di daerah Piyaman. Siswanto menyebut angka sekitar  1-2 juta untuk biaya pembuatan 1 unit becak beserta hiasan lampunya. Bahkan bila hiasan lampunya cukup banyak bisa menyedot dana 1 jutaan sendiri. Uang sebanyak itu memang cukup berharga bagi Siswanto, namun dari ketekunannya tersebut dia sekarang sudah memiliki 6 buah becak. Sementara yang dioperasikan sekitar 4 buah. Dari hasil mengoperasikan becak wisata di seputaran alun-alun pemda wonosari ini dia bisa meraih penghasilan kotor 1,5 juta perbulan.  Hasil ini tentu sudah jauh lebih besar jika dia bekerja buruh di WOnosari. Pun dibandingkan dengan UMP sekarang yang kurang dari 900rb.
Begitulah sosok SIswanto, yang dengan tekun ikut menggenjot becak yang disewa 10rb setiap putaran mengelilingi alun-alun pemda. Dia juga merasakan jasa  seperti ini memang harus  bisa pintar-pintar menawarkan kepada para pengunjung.
……………….

Friday, October 19, 2012

Keunikan kehidupan di Gua-gua Daerah Tepus, Gunungkidul



Daerah Tepus Gunungkidul ternyata menyimpan misteri yang belum terungkap. Daerah karst ini pada musim kemarau keadaanya kering kerontang sehingga hanya seperti tanaman ketela yang dapat tumbuh di ladang penduduk. Untuk mencari air penduduk biasanya harus berjalan jauh ke sumber-sumber air atau mengandalkan kiriman dari mobil tangki yang dioperasikan swasta (bisnis). Harganya berkisar dari 70-200 ribu per tangki volume 5.000 liter.