Saturday, September 29, 2012

PAK SUYIT, PERINTIS NELAYAN BARON


Bagi masyarakat Gunungkidul, siapa yang belum mendengar tentang Pantai Baron.  Salah satu pantai dari sekian puluh pantai yang ada di sepanjang pantai selatan Gunungkidul. Pantai Baron merupakan tujuan utama wisatawan domestik yang ingin rekreasi ke laut. Dari Ibukota Wonosari menuju ke sini bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit dengan mengendarai kendaraan bermotor. Di pantai ini selain sebagai daerah tujuan wisata juga sebagai pelabuhan bagi sekitar 50 kapal nelayan. Kapal-kapal berukuran kecil yang bisa menampung ikan sekitar 1 ton.  

Ada pertengahan bulan Agustus 2012 kami menemui Pak Suyit, salah seorang pengurus paguyuban nelayan Baron dan termasuk orang yang dituakan di kalangan nelayan. Kami bertemu di warung Bu Lastri , istri Pak Suyit, yang letaknya di deretan timur Kawasan Baron. Dari Pak Suyit ini mengalir cerita mengenai asal-usul nelayan di Baron.
“ Dulu di tahun 1981 belum ada kapal di Baron. Masyarakat hidup dari bertani saja. Saya lalu mencoba  mencari ikan dengan menebar jaring  di sekitar pantai setelah berenang agak ke tengah. Hasil tangkapan banyak, namun lama kelamaan semakin berkurang. Lalu setelah ngomong-ngomong dengan beberapa teman terbersit ide untuk pergi agak ke tengah.  Waktu itu belum ada kapal maka saya mencoba membuat kayu randu.Saya bertugas mendayung rakit  sementara 2 orang  teman saya mendorong dengan berenang sampai ke daerah sekitar Parang racuk,” ungkap Pak Suyit.
Berbincang-bincang dengan Pak Suyit ditemani teh hangat (Foto : Heru T)

Namun nasib baik tidak selau berpihak pada beberapa orang yang merintis kegiatan penangkapan ikan ini.  Pada suatu saat temanya , kakak Pak Suyit yang tengah berenang mendorong rakit ini digigit ikan hiu pada bagian kaki dan terluka parah. Orang itu dibawa ke RSUD Wonosari, dokter dan perawat bertanya apa penyebabnya. Kejadian tersebut ternyata menjadi berita heboh di Gunungkidul sehingga wartawan meliput dan mewawancarai Pak Suyit. BUpati GK waktu itu, Darmakum Darmokusumo pun akhirnya mendengar kejadian tersebut. Pak Bupati menengok teman Pak Suyit. Setelah mengetahui duduk penyebabnya  maka akhirnya Pak Bupati memberi bantuan kapal bagi nelayan Baron. Kelompok nelayan sejumlah sekitar 15 orang ini dikirim ke Cilacap untuk mengikuti pelatihan langsung  dengan kapal-kapal  nelayan.Sejak saat itu masyarakat Pantai Baron mulai melaut dengan kapal.

Kapal nelayan Baron terbuat dari bahan Fiberglass panjang sekitar 6 meter lebarnya 1.25m. Kapal-kapal ini harus dilengkapi dengan penyeimbang yang terbuat dari bambu dipasang di kanan dan kiri.  Harga kapal saat ini mencapai 22jtaan, mesin 15 juta,  ini belum termasuk  dengan perlengkapan jaringnya. Jika komplit dengan peralatanya total modal yang dibutuhkan sekitar 50jutaan.  Kemampuan tiap nelayan dalam keuangan tentu berbeda-beda sehingga ada yang berperan sebagai juragan atau pemilik kapal saja. Juragan ini menerima pembagian hasil dari nelayan yang menjalankan kapal setelah dikurangi biaya bensin.

Ditulis Oleh : Heru Tricahyanto, 
Penulis lepas, tinggal di Wonosari, Gunungkidul.