Friday, March 17, 2017

TERNYATA BAKAT BUKAN TAKDIR




Judul                : Bakat Bukan Takdir
Penulis : Bukik Setiawan dan Andrie Firdaus
Penerbit            : Buah Hati
Isi                     : 250 halaman
Cetakan           : pertama , Maret 2016
ISBN               : 978-602-7652-88-0

Anak-anak kita hidup pada zaman yang sama sekali berbeda dengan para orang tuanya. Zaman internet, zaman digital dan zaman kreatif, dimana informasi berkelindan sangat cepat. Warisan pengetahuan generasi tua tidak lagi relevan dengan karena pengetahuan terus menerus baru. Ada banyak profesi baru yang tidak terbayangkan sebelumnya. Apa tantangan yang dihadapi anak kita di zaman kreatif? Dan bagaimana peran kita sebagai orang tua dalam mempersiapkan mereka mengarungi zaman ini?

 Perbincangan  mengenai pendidikan anak memang menarik dan tidak akan pernah selesai. Bagi para orang tua perbincangan mengenai perkembangan anak-anaknya  menjadi salah satu topik yang menarik. Salah satu yang dihadapi oleh orang tua dalam mendidik anaknya adalah  mengenali apa bakatnya. Istilah bakat ini muncul ketika misalnya kita melihat seorang anak kecil yang betah menggambar, dan hasilnya Nampak menarik dan bagus. Lalu kita mengatakan ,” Wah anak itu memilik bakat menggambar”. Mengapa bakat menjadi hal yang penting diperhatikan bagi orang tua?
Ada beberapa hal yang ditawarkan oleh Bukik sebagai bekal.Pengetahuan lama tidak lagi relevan karena perubahan terjadi setiap waktu, maka yang penting adalah kemampuan belajar.   Tetapi belajar di sini bukan lagi duduk mendengarkan orang ceramah. Makna belajar terjadi ketika anak melakukan aktivitas menggunggah  (karya/informasi). Profesi atau pekerjaan yang kerap kali ditanyakan ketika  seorang anak lulus sekolah bukanlah menjadi hal yang penting karena profesi bisa berubah maka lebih baik berfokus pada pemanfaatan kekuatan diri menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Anak –anak di zaman kreatif memilih prosfesi bukan hanya untuk memperoleh penghasilan, tapi merasakan suatu kepuasan batin dari gaya hidup sebuah profesi yang diminatinya.
Kembali ke soal bakat, maka jika terdengar  kata ini orang akan menjawab bakat adalah potensi. Lalu para orang tua berusaha dengan sekuat tenaga mengenali bakat anaknya. Dengan kata lain bakat adalah takdir. Dengan berbekal pada konsep yang dikembangkan oleh psikolog pendidikan, Donald O Clifton dan Howard Gardner, Bukik menawarkan bahwa bakat bukan sekadar sesuatu yang dibawa sejak lahir, tapi pengembangan potens anak hingga menjadi tindakan nyata yang bermanfaat. Sampai di sini bakat berarti berimplikasi ada karya yang bermanfaat bagi orang lain.
 Namun bakat ini tentu tidak terlepas dari bawaan lahir si anak yaitu yang disebut dengan Kecerdasan majemuk yang terdiri dari 8 macam.
Untuk mengembangkan bakat anak ini  tentu bukan sesuatu yang tiba-tiba menjadi, namun melalui suatu proses atau siklus  yang terbagi sesuai umur si anak. Umur 0-7 tahun merupakan fase eksplorasi, 7-13 tahun adalah fase belajar mendalam, kemudian fase arah karier mulai usia 13 tahun, sampai nanti anak berusia 18 tahun dan memasuki fase karier. Dalam praktik pendidikan di Indonesia kerap kali ditemukan pada fase eksplorasi ini anak sudah dicekoki berbagai macam hal yang bersifat kognitif.
Buku ini bukanlah berisi teori-teori mengenai pendidikan ataupun buku analisis yang rumit. Melainkan berisi panduan dan cara-cara praktis agar orang tua bisa mendampingi anak-anaknya  mengenali dan mengembangkan bakatnya. Buku ini juga masih kelanjutan dari yang terdahulu yaitu Anak Bukan Kertas Kosong, sehingga sangat disarankan agar pembaca membaca buku terdahulu. Konsep yang ada di buku pertama dan kedua sebenarnya merupakan penjabaran dari konsep-konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang ternyata sangat kaya dan menarik dari yang sejauh ini diketahui khalayak.

Penulis : Alusius Heru Tricahyanto (dimuat dalam Majalan Utusan edisi ..lupa)

No comments:

Post a Comment