Catopsilia sp. adalah nama untuk
suatu jenis kupu kupu yang banyak ditemukan di perbukitan kapur di Gunungkidul. Kupu-kupu ini terbang secara
bergerombol dan mempunyai kebiasaan hinggap di tanah-tanah basah. Pada waktu penulis
masih kecil, masih sering terlihat kupu-kupu ini dalam jumlah ratusan
terbang dan hinggap di tepian sungai belakang rumah. Saat ini fenomena tersebut
semakin jarang dijumpai lagi. Pada akhir
musim kemarau awal musim hujan serangga terbang ini bisa kita jumpai di tepi
sungai atau di pantai. Sekumpulan
Catopsilia sp. hinggap di hamparan pasir pantai yang masih basah. Ketika
didekati dalam jarak 2 meter saja ternyata mereka sudah bisa mendeteksi
kehadiran manusia , kemudian terbang menghindar.
![]() |
gambar dari Google |
Ternyata sebarannya cukup luas sampai daerah pantai. Mereka hinggap di pasir tepi pantai. Barangkali kebiasaan hinggap pada tempat-tempat basah ini berkaitan dengan perilaku menghisap untuk mendapatkan mineral-mineral tertentu. Mereka tentu juga senang hinggap di bunga-bunga yang sedang mekar. Sambil menghisap madu bunga kupu-kupu membantu menyerbuki walaupun bukan merupakan serangga penyerbuk utama seperti halnya lebah dan tawon. Sebab kupu-kupu tidak memiliki organ khusus untuk membawa polen atau serbuk sari.
Dari pengamatan sederhana bila
Catopsilia sp. sudah sering ditemui, biasanya pada awal
musim hujan, tandanya akan segera musim ulat trembesi. Masyarakat di daerah karst Gunungkidul niteni
fenomena alam tersebut.
Apakah di sekitar
rumahmu ada banyak kupu-kupu? Jika tidak ada atau hanya sedikit bolehlah kita
sedikit berprasangka kondisi lingkungan sudah mulai menurun. Memang demikianlah
menurut ahli kupu-kupu Djunijanti Peggie yang meraih doktoral di bidangnya dari
Universitas Cornell. Kupu-kupu memang dapat digunakan sebagai indicator
kualitas lingkungan. Artinya keberadaan kupu-kupu yang beragam di suatu area
dapat memberikan indikasi bahwa daerah tersebut masih alami dan belum
terganggu. Sebaliknya jika jenis kupu-kupu mulai menurun maka patut diduga
daerah tersebut rendah kualitas lingkungannya. Ambil contoh di tepi jalan
perkotaan yang ramai mana ada dijumpai kupu-kupu yang indah. Kupu-kupu berwarna
warni hanya di jumpai di daerah yang banyak pohonnya.
“ Perubahan fungsi
habitat akan mempengaruhi penyebaran
kupu-kupu di suatu area. Dengan demikian kupu-kupu dapat digunakan dalam pemantauan lingkungan untuk
mengamati perubahan habitat atau tingkat kerusakan habitat,” tegas Dr. Peggie.
Bagi kupu-kupu umur
panjang mungkin tidak terlalu penting karena hanya 4 bulan hidup. Tetapi dari
umur yang singkat tersebut mereka membawa banyak pesan yang bisa dibaca oleh
para ahli. Selain untuk pemantau
kualitas lingkungan para ahli meneliti kupu-kupu untuk mengungkapkan rahasia
evolusi dan pemahaman biogeografi yaitu ilmu yang mempelajari mengenai
penyebaran suatu jenis makhluk hidup.
Kita lebih beruntung
dengan umur yang mencapai puluhan tahun. Tentu lebih banyak hal yang bisa
diperbuat. Namun jangan sampai salah
menetapkan pilihan agar pesan kehidupan
yang kita sampaikan ke orang-orang terdekat, lingkungan kerja, masyarakat dan
dunia adalah pesan yang baik. Jangan sampai kenangan akan hidup kita adalah
sesuau yang tidak baik.
Ditulis oleh : Aluisius Heru Tricahyanto
Tinggal di Wonosari Gunungkidul
Dikirim untuk Majalah Utusan
7 mei 2015
Diteritkan di Utusan edisi September 2016 dengan
judul : Antara Kita dan Catopsilia
Dikirim ke Swarawarga.com
No comments:
Post a Comment